

”Tebing kuning keemasan tampak menyembul diantara kepulan asap belerang dan kabut yang menyelimutinya. Tampak hijaunya tumbuhan diantara tanaman yang meranggas di sepanjang punggungan gunung menuju puncaknya. Halimun sesekali menyelimutinya. Papandayan kini kembali menggeliat bagaikan gadis desa yang mulai bersolek”
Garut – Menjelajahi keindahan pesona alam Kabupaten Garut sepertinya tidak akan pernah ada habisnya. Sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh pegunungan dan tiga gunung besar yaitu Gunung Cikurai, Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Berbagai wisata alam pegunungan bertebaran menawarkan sejuta pesonanya seperti Kawah Kamojang, Kawah Drajat, Kawah Talaga Bodas dan Kawah Papandayan serta beberapa pemandian air panas alami seperti di Tarogong, Cipanas.
Salah satu objek wisata yang cukup terkenal di Jawa Barat seperti yang telah di sebutkan di atas adalah Gunung atau Kawah Papandayan. Semenjak meletus hampir lima tahun lalu atau tepatnya 12 Nopember 2002 banyak yang menyangka jika kawasan ini sudah rusak atau tidak menarik lagi. Tetapi, sepertinya pemikiran atau pernyataan seperti itu harus dibuang jauh-jauh. Papandayan kini mulai menggeliat kembali. Papandayan kini bagaikan gadis desa yang mulai bersolek. Letusan besar yang terjadi pada gunung yang mempunyai ketinggian 2.622 meter dari permukaan laut (mdpl) ini justru membuat kawasan ini semakin indah. Tumbuh-tumbuhan meranggas yang mulai kembali hijau dan tumpukan material batu-batuan yang mengelilinginya serta timbulnya beberapa kawah baru, menjadi daya tarik tersendiri.
Kawasan yang memiliki luas ±7.132 Ha ini secara admnistratif terletak di Desa Sirna Jaya dan Desa Keramat Wangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut. Aneka jenis satwa seperti babi hutan, rusa, monyet surili, burung, macan kumbang dan macan tutul cukup dominan di wilayah ini. Sedangkan berbagai jenis tumbuhan yang dominan umumnya seperti Puspa, Pasang Hura, Saminten, Jamaju, Sega, Suwagi dan Kiteke.
Tempat Para Pandai Besi Dewa-Dewa
Gunung yang sudah mulai didaki tahun 1800-an oleh para pendaki dan ilmuwan dari negeri Hindia Belanda ini semakin terkenal di Eropa sejak Junghuhn (Alpinist dan ilmuwan terkenal dari Hindia Belanda) mengunjunginya sekitar bulan Juli 1837. Sejak saat itulah turis-turis dari Eropa dan Hindia Belanda banyak berdatangan untuk melihat keindahan kawahnya. Dua diantara orang-orang Eropa yang pernah mengunjungi Gunung Papandayan yaitu pemimpin Rusia, Kaisar Nicoolas II dan putra mahkota Austria pada saat itu, Aartshertog Frans Ferdinand. Ini membuktikan bahwa Gunung Papandayan hampir dua abad lalu telah dikunjungi oleh tokoh-tokoh dunia.
Sebagai gunung api yang aktif, Gunung Papandayan telah mengalami beberapa kali letusan dahsyat dimana letusan pertama kali dan tercatat dalam sejarah terjadi pada tahun 1772. Kemudian berlanjut dengan letusan-letusan berikutnya, hingga tahun 1993 telah terjadi 11 kali. Sedangkan letusan terakhir terjadi pada bulan Nopember 2002 lalu.
Akibat dari letusan-letusan itulah kawah-kawah aktif yang terbantuk di Gunung Papandayan menawarkan berbagai pesona keindahannya. Untuk dapat melihat dan menikmati keindahan kawah-kawah yang ada di Gunung Papandayan kita harus berjalan sekitar 1 Km dari areal parkir TWA (Taman Wisata Alam) Papandayan ini.
Areal kawah yang terlihat luas mengeluarkan asap sulfatara berwarna putih membumbung tinggi yang akan membuat imajinasi kita melayang-layang. Konon dahulu kala di sekitar kawah tersebut merupakan tempat para dewa menempa besi untuk dibuat menjadi senjata perang. Salah seorang pemilik warung kecil yang berada di sekitar areal parkir mengatakan kepada kami bahwa Papandayan itu berasal dari sebuah kata ”pandai atau penempa besi”. Mungkin cerita tersebut berkembang karena beberapa kawah aktif yang terdapat disana pada saat-saat tertentu mengeluarkan suara seperti tiupan dan bahkan ada kawah yang mengeluarkan suara seperti air mendidih yang dimasak didalam panci. Kepulan asap belerang yang membumbung tinggi seperti ada orang yang sedang bekerja menempabesi semakin menguatkan cerita tersebut.
Dari kawasan parkir perjalanan menuju areal kawah Papandayan kita akan menyusuri jalan setapak yang berupa batuan dari jenis batuan vulkanis. Di kiri kanan jalur, tanaman jenis Cantigi terlihat menghijau. Sesekali jalur yang akan kita lalui menanjak dan melewati aliran air yang membentuk sungai-sungai kecil bercampur belerang. Tampak puncak Gunung Papandayan berada di seberang kiri. Setelah berjalan hampir satu jam lamanya akhirnya kita akan sampai di areal kawah Papandayan.
Apa yang akan kita lihat selanjutnya merupakan salah satu fenomena alam yang menakjubkan. Dari areal bagian sekitar kawah tampak terlihat dinding kawah berwarna putih keemasan menyembul diantara asap sulfatara yang keluar dari kawah Papandayan. Asap sulfatara terkadang membumbung tinggi hingga menyamai puncak Gunung Papandayan. Tampak gigiran punggungan puncak Gunung Papandayan ditumbuhi hijaunya tumbuhan. Sebaliknya di kejauhan tampak kerucut raksasa Gunung Cikurai berdiri dengan anggun – pemandangan yang sungguh menakjubkan. Letusan besar pertengahan Nopember 2002 ternyata makin mempercantik kawasan Gunung Papandayan karena bertambahnya beberapa kawah baru. Runtuhnya dinding kawah Bukit Nangklak membuat dinding ini menjadi lebih besar dan lebih indah dengan warnanya yang keemasan berdiri diantara tebing-tebing kawah hasil letusan tersebut – sungguh menakjubkan.
Pondok Salada
Setelah puas menikmati fenomena alam kawah Papandayan, perjalanan dapat kita lanjutkan kembali menuju areal Pondok Salada. Areal disekitar ini merupakan salah satu tempat paling favorit untuk dijadikan tempat berkemah. Sebelum terjadi letusan tahun 2002, areal ini ditumbuhi rumput yang menghijau dan rimbunnya pepohonan. Ketika letusan itu terjadi, areal Pondok Salada sempat hancur akibat dari debu vulkanis dan awan panas. Tetapi kini setelah hampir lima tahun berlalu, ternyata kawasan tersebut sudah mulai kembali ditumbuhi rerumputan dan rimbunnya pepohonan yang berkembang kembali perlahan-lahan secara alami.
Sepanjang perjalanan menuju areal Pondok Salada kita akan melalui jalan setapak yang menurun, melintasi sungai kecil dan kemudian kembali menanjak hingga akhirnya sekitar satu jam perjalanan tiba di kawasan yang cukup rimbun. Areal dimana terdapat sebuah warung kecil dan tulisan bertuliskan Pondok Salada tersebut merupakan pertigaan menuju puncak Gunung Papandayan dan menuju Cileuleuy, Pengalengan, Bandung.
Lokasi Pondok Salada yang biasanya dijadikan tempat untuk berkemah sendiri sebenarnya masih berada sekitar 30 menit lagi berjalan menyusuri jalan setapak dimana kanan kirinya didominasi tumbuhan jenis Cantigi. Di lembah sebelah kiri jalan setapak kita akan melihat dikejauhan sebuah air terjun kecil mengalir jernih..
Di lokasi perkemahan Pondok Salada kita akan melihat rerumputan dan pepohonan yang mulai tampak kembali menghijau dan rimbun. Diantara debu-debu vulkanis sisa letusan Nopember 2002, rumput-rumput tampak mulai tumbuh. Daun-daun yang hijau dan merah dari tanaman jenis Cantigi mulai pula menghiasinya. Namun saat ini Pondok Salada masih belum boleh dijadikan tempat berkemah. Karena jika ingin Pondok Salada kembali cantik seperti sedia kala, kita harus membiarkan tanaman dapat kembali tumbuh secara alami dan tidak terganggu oleh kegiatan manusia..
Tegal Alun-Alun
Masih ada satu lokasi lagi yang tidak boleh dilewatkan yaitu Tegal Alun-Alun. Areal yang luasnya sekitar 32 Ha dulunya sebelum letusan terjadi merupakan padang Edelweis. Letusan pertengahan Nopember 2002 telah menghancurkannya. Kini setelah 5 tahun letusan tersebut berlalu, tumbuhan yang dikenal sebagai bunga abadi tersebut baru sebagian kecil saja yang sudah mulai tumbuh kembali.
Untuk sampai ke Tegal Alun-Alun selepas Pondok Salada kita akan melintasi punggungan dengan tanjakan yang cukup terjal dan berbatu. Kemudian kita memasuki areal yang tanahnya masih ditutupi debu vulkanis serta batang-batang pohon yang tampak masih meranggas hitam. Namun diantara batang-batang pohon yang tidak berdaun dan sedikit diantaranya mulai ditumbuhi dedaunan, tampak beberapa hewan kecil juga sudah mulai terlihat. Semua itu seolah memperlihatkan kepada kita bagaimana kehidupan telah mulai kembali di kawasan yang pernah terjadi bencana ini. Hingga akhirnya perjalanan kita berakhir di Tegal Alun-Alun dekat sebuah danau kecil. Suasana sekitarnya yang cukup hening akan membawa pikiran kita berimajinasi dengan keindahan yang nyata di depan mata. Dan terbayang oleh kita bagaimana letusan dahsyat tersebut menghancurkan sang bunga abadi, Edelweis.
Tantangan Meunuju Puncak Gunung Papandayan
Untuk anda yang menyukai tantangan, selepas Tegal Alun-Alun dapat melanjutkan perjalananan dengan mendaki sekitar dua jam menuju puncak Gunung Papandayan. Selanjutnta kita menuruni lembah dengan melintasi sebuah sungai kecil. Kemudian berjalan memasuki hutan yang tampak gundul, menanjak melewati punggungan gunung. Jalur menjadi semakin menarik karena treknya cukup menantang. Sepanjang jalur, tanaman cukup rapat bahkan terkadang kita harus merunduk menghindari batang dan ranting tumbuhan yang saling silang.
Jika cuaca cerah kita dapat menikmati pemandangan kawah yang spektakuler dari beberapa tempat, dari sisi punggungan sepanjang pendakian hingga menuju puncak.Gunung Papandayan.
Aksebilitas dan Fasilitas
Untuk mencapai kawasan yang secara keseluruhan mempunyai luas 7.132 Ha dan terbagi menjadi menjadi Cagar Alam (CA) dengan luas 6.807 Ha dan Taman Wisata Alam (TWA) seluas 225 Ha ini tidaklah terlalu sulit. Jika menggunakan kendaraan umum dari terminal Guntur, Garut, kita dapat menggunakan angkutan jurusan Cikajang dan berhenti di pertigaan Cisurupan. Kemudian perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan ojek atau angkutan bak terbuka. Jalan beraspal dan mulus akan mengantar kita sampai ke tempat parkir yang berhadapan dengan kawah Papandayan. Dan untuk dapat memasuki kawasan wisata ini kita cukup mebayar tiket masuk sebesar Rp. 3.000,- per orang. Anda pun bisa meminta bantuan atau guide kepada petugas jika memerlukannya.
Beberapa fasilitas pendukung yang tersedia di lokasi bisa dikatakan cukup memadai seperti areal parkir, toilet, mushola, sebuah toko souvenir dan sembilan buah warung kecil. Namun sayangngya diwarung-warung tersebut hanya menjual makanan kecil saja.
Untuk anda yang ingin berkemah dan mengadakan kegiatan tidak jauh dari areal parkir, dibelakang pos pendaftaran terdapat areal berkemah yang cukup representatif yang bernama Camp David. Di areal tersebut juga disediakan tempat untuk membuat api unggun dan lapangan upacara.
Jadi pastikan diri anda untuk untuk kembali berpetualang menjelajahi dan menikmati pesona keindahan Taman Wisata Alam Gunung Papandayan. Lima tahun setelah letusan, Papandayan kini telah kembali menggeliat menawarkan sejuta pesonanya. Jadi tunggu apa lagi ...Brangkat..!!
By: ELANG ADVENTURE_27